Selasa, 10 Oktober 2017

Cerpen "Mengenal Cinta Tanpa Syarat"






Mengenal Cinta Tanpa Syarat


Musik DJ berbunyi menggerakkan semua hasrat nafsu banyak orang. Kami menari dengan penuh gairah tanpa batas, menikmati minuman dan melakukan hal-hal yang sangat nikmat. Aku di depan menari layaknya ular yang melata di tanah berdebu mencari mangsa. Ku sambil memperhatikan mereka sembari mencari siapa yang akan ku taklukkan. Tentunya lelaki yang kaya, tampan, dan bergairah. Disudut sana ku melihat lelaki tampan berjas sedang duduk meminum alkohol, Sepertinya dia kaya, dia sedang mabuk, kesempatan besar untukku mendekati dan menggodanya. Aku pun turun dari panggung dan mencoba menerobos orang-orang mabuk yang sangat banyak, sampai-sampai aku terjatuh , bangkit dan terjatuh lagi. Aku harus menaklukkan lelaki itu, dia telah mencuri perhatianku, wajahnya yang tampan tak bisa lepaskan tatapanku padanya. Ku mencoba untuk pergi kesudut sana  mendapatkannya, namun aku kembali jatuh di kerumunan orang, hingga ada tangan mengarah kepadaku untuk menolongku berdiri. Setelah ku lihat, ternyata lelaki yang mengarahkan tangannya adalah lelaki berjas. Dia membawaku ke area sudut club dan aku tak lupa mengucapkan terimakasih padanya. Aku mencoba mendekatinya dengan berbagai pertanyaan umum yang ku lontarkan, namun dia tak mempedulikan dan kembali minum. Hingga dia meninggalkan aku sendiri dan pergi menuju sebuah mobil mewah. Aku mencoba menghambat dia agar tidak pergi, namun dia kembali tidak mempedulikan aku. Aku kembali ke meja dan melihat sebuah kartu di bawah gelas kaca, ku mengambilnya dan ternyata itu adalah kartu nama lelaki itu. Aku tau bahwa dia sengaja meletakkan kartu namanya di situ. Aku tau bahwa dia ingin suatu saat kami bertemu.
Tiga hari berlalu, kartu itu masih kusimpan dengan baik. Ku bersikeras untuk menemuinya. Hingga suatu hari aku pergi ke alamat yang tertera di kartu nama tersebut. Ku terus menelusuri sampai aku berada di sebuah gedung besar. Sepertinya dia bekerja disana, kesempatan yang baik untukku mendapatkan hatinya. Aku masuk dan menanyakan tentang kartu nama tersebut kepada salah seorang penerima tamu. Dia menjawab bahwa lelaki itu sudah lama dipecat dari perusahaan itu karena suatu masalah besar. Aku terdiam dipenuhi rasa emosi, mengapa ia meninggalkan kartu namanya, percuma saja ku tak bisa menemuinya. Kartu nama tersebut pun kurobek lalu kubuang dan kulupakan dia.
Keesokan harinya aku kembali ke pekerjaanku di club malam. Ku kembali menggoda para lelaki dengan tarian melataku. Ku suka saat-saat ada salah satu dari mereka mendekatiku. Ku layani mereka dan aku kembali mendapatkan uang. Pulang subuh itu kebiasaanku, seperti kelelawar yang beraktifitas. Ku kembali ke tempat tinggalku dengan menaiki sebuah bus yang lewat. Di perjalanan, ku tertidur pulas merasakan lelahnya bekerja di malam hari. Hingga pada akhirnya aku bermimpi tentang lelaki berjas itu. Aku terbangun dari mimpiku ketika bus yang dengan kecepatan tinggi berhenti tiba-tiba terasa sedang menabrak sesuatu. Aku terkaget dan semua orang dibus melihat kedepan, aku pun ikut melihat sambil turun dari bus. Ku melihat bahwa seseorang telah tertabrak bus kami. Hah! Ternyata dia lelaki berjas itu! Tak ada yang berinisiatif untuk menolongnya, sehingga aku menelpon ambulan dan membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Setiba di Rumah Sakit, petugas Rumah Sakit bergerak cepat membawanya ke ruang UGD. Sembari menunggu, ku pun mencari kontak keluarga terdekatnya. Namun, tak satupun ku dapat. Tak mungkin aku meninggalkannya dengan situasi darurat seperti ini, walaupun aku seorang pelacur namun aku masih punya hati nurani. Dokter keluar menganggap aku sebagai keluarga dekatnya langsung berkata bahwa lelaki itu baik-baik saja dan hanya terdapat luka ringan di kepala yang dibaluti sedikit perban. Aku bernafas lega akhirnya aku tak perlu menunggu lama disini. Lelaki itu keluar dan aku membayar uang pengobatanya. Aku meninggalkannya di depan Rumah Sakit, namun lelaki itu tetap saja mengikutiku. Ya sudah, aku berusaha membawanya pulang. Namun pulang kemana? Alamatnya pun tidak jelas, kutanya dia dan menjawab bahwa dia tak punya tempat tinggal. “Dasar pria berjas miskin” pikirku demikian. Baiklah, untuk sementara waktu dia bisa tinggal di tempatku. Karena entah mengapa hatiku tak mengizinkanya untuk meninggalkannya dalam keadaan pulang dari rumah sakit. Lalu, ku membawanya kerumah untuk tinggal beberapa waktu. Dia tidur dan makan dirumahku, tak apalah sekali-sekali berbuat baik.
Malam pun tiba, aku meninggalkannya dirumah karena aku mau pergi kembali ke club malam dengan para lelaki kaya dan tampan. Sungguh malam yang indah, sebab malam itu aku memiliki banyak job dan mengantongi banyak uang dari setiap lelaki kaya yang kulayani. Sungguh malam yang memuaskan dan seperti biasa aku pulang subuh dalam keadaan mabuk. Di tengah perjalanan pulang, aku bertemu dengan para preman yang sering berkeliaran di malam hari. Aku mulai digoda dan aku menolak, aku ditampar, ditendang, dan disiksa. Saat yang sangat menegangkan dan menakutkan serta bingung harus berbuat apa. Sepertinya aku akan diperkosa oleh sekumpulan preman itu. Tiba-tiba muncul lelaki berjas menolongku dan menghajar semua preman disana tanpa ampun. Mereka pun lari meninggalkan kami. Lelaki berjas menggendongku sampai kerumah dan mengompres serta mengobati lukaku dengan penuh kelembutan. Disitu aku merasakan sesuatu yang berbeda yang sebelumnya aku belum pernah rasakan, aku merasakan kenyamanan yang sangat dalam dan ketulusan dengan perawatan yang lelaki berjas itu lakukan padaku. Sungguh sakit tubuh ini dan pusing rasanya setelah lelah bekerja malam ditambah pukulan oleh segerombolan preman tadi. Rasa sakit ini semakin berkurang ketika lelaki berjas menghiburku sampai dia membawaku ke tepi pantai berbatu dan membuka mataku bahwa alam itu indah. Aku tidak pernah merasakan hal seindah ini sebelumnya, kebahagiaan ini sangat berbeda dibanding berada di club malam. Aku mencoba menghirup udara pantai dan mendengar bunyi gelombang lautan bersama lelaki berjas. Setelah itu, dia membawaku pulang ke rumah dan kembali menghiburku dengan memainkan permainan sederhana. Sungguh asik dan seru permainan itu. Kami menghabiskan waktu berdua tanpa pergi ke club malam dengan menikmati hal-hal yang sederhana dengan kebahagiaan yang mudah untuk dicapai. Ada apa dengan diriku! Mengapa aku nyaman dengan perlakuan lelaki berjas?! Ternyata aku bukanlah diriku lagi, mataku sudah terbuka lebar bahwa mencapai kebahagiaan tidak harus berada di club malam dan berpesta pora.
Beberapa hari terlewati tanpa aku pergi ke pekerjaan malamku dengan menghabiskan waktu kebersamaan dengan lelaki berjas. Namun, tubuhku makin lemas dan kepalaku sangat pusing. Dia pun mengantarkan aku ke Rumah Sakit terdekat, entah kenapa jantungku sangat berdetak kencang dan merasa ketakutan yang luar biasa melihat lama nya hasil pemeriksaan tubuhku. Pintu ruang pemeriksaan pun terbuka dan aku langsung menghampiri dokter, dokter membawaku dan lelaki berjas masuk. Dengan wajah yang sangat menyesal, dokter mengatakan bahwa aku terserang penyakit kanker payudara. Aku terkejut dan tidak percaya. Dokter pun memberikan hasil pemeriksaan padaku. Lelaki berjas langsung merangkulku sembari aku menangis dan ketakutan. Dokter menyaraniku untuk melakukan perawatan dan operasi, namun untuk pembiayaan uang dari mana. Lelaki berjas setuju dengan saran dokter dan ia berjanji akan berkerja untuk membiayai perawatan dan operasi Rumah Sakit. Aku pun segera merawat, dan lelaki berjas membawa seluruh pakaian dan perlengkapan kebutuhanku dari rumah. Selama di Rumah Sakit, dia selalu menghiburku dan selalu membuat aku tersenyum disamping aku ketakutan. Dia mengungkapkan bahwa dia sangat mencintaiku dengan tulus. Entah apa yang membuatnya jatuh cinta denganku aku tak tau, padahal aku adalah seorang pelacur. Aku memelukkan dan mengucapkan hal yang sama juga bahwa aku mencintainya.
Setiap hari pemeriksaan terhadap payudaraku dilakukan oleh beberapa perawat di Rumah Sakit. Hingga pada akhirnya, aku setuju untuk melakukan operasi payudara walaupun sebelumnya aku bersikeras untuk menolaknya. Hari untuk operasi payudara sudah tiba, aku sangat takut dan mulai berdoa semoga operasi ini lancar. Lelaki berjas selalu menemaniku dan menghiburku agar aku tetap tersenyum. Operasi yang berlangsung 6 jam itu pun selesai, lelaki berjas menungguku diluar selama operasi, aku keluar dan menangis bahwa payudaraku telah dipotong. Aku tidak mau memberitahu berita ini, aku membungkuk sambil menutupi dadaku. Aku kembali ke ruang perawatan tanpa mengucapkan satu katapun pada lelaki berjas. Dia membujukku untuk berbicara, aku pun mulai bicara padanya dan menunjukkan dadaku di hadapannya bahwa aku tidak punya payudara lagi. Dia menangis dan memelukku serta mengatakan bahwa dia menerima aku apa adanya dan mencintaiku dengan tulus. Aku pun memelukkan dengan erat sambil ku katakan bahwa aku sangat mencintainya.
Keesokkan harinya di ruang perawatan, aku tak kuat untuk bangun dan masih lelah. Dia memberikan kecupan manis di keningku dan dia mencium bibirku. Itu adalah ciuman indah pertamaku. Aku sangat nyaman berada disisinya, aku tak mau beranjak dan meninggalkannya. Tiba-tiba dokter masuk ke ruang perawatanku dan mengatakan bahwa ada masalah besar. Setelah dilihat hasil pemeriksaan, kanker payudaraku ternyata sudah menyebar ke sumsum tulang belakang dan tidak dapat disembuhkan. Dokter mengatakan bahwa waktuku hidup tinggal 2 bulan lagi. Aku menangis dan lelaki berjas mencoba menghiburku serta menahan air matanya agar tidak jatuh. Aku melihatnya menangis di belakang pintu, namun dia mencoba untuk menutupinya agar hatiku tetap tersenyum. Setiap malam dia selalu tidur disampingku diatas kasur yang disediakan khusus dari rumah sakit. Setiap pagi dia selalu melihat dan memperhatikan aku apakah aku sudah mati atau tidak, apakah aku bernafas atau tidak. Hingga pada suatu hari, dia memutuskan untuk menikahiku walau dalam keadaan sakit. Aku memakai gaun pengantin cantik di atas kasur Rumah Sakit dan pernikahan sederhana kami diberkati di Rumah sakit, dia menciumku dan kami berpelukan. Aku sangat senang akhirnya aku bisa memakai gaun pengantin yang sangat indah. Keesokkan harinya, malam berlalu, pagi pun tiba. Lelaki berjas yang menemaniku setiap waktu memerhatikanku apakah aku sudah mati atau tidak. Dia menangis histeris dan teriak. Dokterpun memberikan surat terakhirku untuk lelaki berjas disaat aku sudah tiada. Isi surat itu adalah :”Sampai jumpa sayangku lelaki berjas, sudah saatnya aku pergi meninggalkanmu dan pasti kita akan bertemu di Surga nanti. Pertemuan kita yang singkat ini telah mengubah seluruh kehidupanku sampai aku siap untuk pergi ke Surga sekarang. Dengan cinta tanpa syarat kehidupanku dapat menjadi sangat berarti. Terimakasih lelaki berjas”.

SELESAI
BIODATA PENULIS
Nama      : Christine Nauli Ibrahim
Alamat    : Wisma L,Jl. Sirojudin, No.6 Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, kode pos : 50275
Email      : christinenauli080@gmail.com































Tidak ada komentar:

Posting Komentar